Meski banyak pihak meragukan performa Mirra Andreeva pada akhir musim 2025, indikator yang lebih dalam menunjukkan hal sebaliknya: ia memasuki 2026 dengan kekuatan yang lebih besar, pengalaman yang lebih matang, dan permainan yang lebih cocok untuk clay dibanding sebelumnya. Berdasarkan evolusi permainannya, perkembangan mental, serta profil performanya, Andreeva memiliki peluang nyata untuk menjuarai Roland Garros 2026.
Trajektori Mirra Andreeva Menunjukkan Tahun Terobosan
Ketika diskusi sepanjang 2025 berfokus pada inkonsistensinya, banyak pendapat yang terlalu terpaku pada hasil jangka pendek. Namun gambaran yang lebih luas memperlihatkan atlet yang sedang menjalani transformasi struktural: lebih kuat secara fisik, lebih agresif secara taktis, dan semakin siap menghadapi panggung bertekanan tinggi.
Berikut adalah alasan-alasan utama mengapa Roland Garros 2026 berpotensi menjadi gelar Grand Slam pertamanya.
1. Ia Kini Memiliki Permainan untuk Mengalahkan Siapa Pun
Di awal 2025, muncul keraguan apakah Andreeva memiliki senjata yang cukup untuk mengalahkan para pemain papan atas secara konsisten. Keberhasilannya sebelumnya sangat dipengaruhi kecerdasan bermain, antisipasi, serta pergerakan di lapangan. Ia memenangkan pertandingan dengan “membongkar” permainan lawan, bukan dengan kekuatan penuh. Itu mengesankan, tetapi belum cukup untuk mendominasi tur.
Semua itu berubah.
Breakthrough-nya di Dubai dan Indian Wells membuktikan bahwa ia telah mengembangkan:
- servis yang lebih berat dan agresif,
- pukulan-pukulan yang lebih keras dan menembus,
- kemampuan mengakhiri rally hanya dengan satu serangan,
- basis fisik yang lebih kuat dan stabil,
- fleksibilitas taktis yang menggabungkan kreativitas dan kekuatan.
Kombinasi baru ini — kecerdasan plus agresi — adalah ciri khas pemain yang siap menjadi juara besar.
2. Clay adalah Lapangan yang Paling Memaksimalkan Kekuatan Andreeva
Profil permainan Andreeva saat ini sangat cocok untuk clay:
- Permukaan clay memberinya waktu ekstra untuk membangun pola permainan.
- Lawan lebih sulit untuk mempercepat tempo dan menekan dirinya.
- Variasi spin, ketinggian bola, dan perubahan ritme menjadi jauh lebih efektif.
- Rally yang lebih panjang menguntungkan kecerdasan strategis dan stamina Andreeva.
Satu-satunya hambatan besar tentu Iga Świątek, yang di peak level dapat tampil hampir “tak tersentuh” di clay. Namun hambatan ini tidak mengubah satu kenyataan: clay merupakan permukaan yang menonjolkan seluruh kekuatan utama Andreeva.
3. Ia Sudah Membuktikan Bisa Mengalahkan Pemain Terbaik Dunia
Pada musim keduanya secara penuh di WTA Tour, Andreeva meraih gelar besar pertamanya dengan mengalahkan bukan hanya pemain bagus — tetapi pemain-pemain terbaik dunia:
- Di Dubai: kemenangan atas Świątek dan Rybakina.
- Di Indian Wells: kemenangan atas Rybakina, Świątek, dan Sabalenka.
Polanya jelas: ia mampu menaikkan level permainan pada momen-momen penting dan menembus dominasi para juara mapan.
Untuk menjuarai Roland Garros, biasanya seorang pemain perlu mengalahkan minimal satu dari para elite tersebut. Andreeva sudah membuktikan bahwa ia bisa.
4. Ia Sudah Belajar dari Tekanan, Ekspektasi Besar, dan Kekecewaan
Perkembangan terpenting dalam karier sering lahir dari kekecewaan.
Musim 2025 Andreeva berisi beberapa momen sulit:
- kekalahan menyakitkan di perempat final Roland Garros dari Lois Boisson, saat ia tidak mampu mengatasi tekanan penonton,
- kekalahan di Wimbledon melalui dua tiebreak ketat,
- penurunan performa pada akhir musim ketika ekspektasi publik semakin besar.
Untuk pertama kalinya ia bermain dalam kondisi ekspektasi tinggi yang terbuka dan eksplisit.
Ini adalah fase psikologis yang menentukan.
Adaptasi terhadap tekanan semacam ini membutuhkan waktu, dan Andreeva kini sudah memiliki satu musim penuh pengalaman menghadapi:
- swing momentum yang dramatis,
- atmosfer emosional yang intens,
- posisi sebagai unggulan,
- sorotan publik terhadap setiap kekalahan.
Semua itu membentuk fondasi mental yang lebih kuat menuju 2026.
5. Off-Season Kemungkinan Akan Membuatnya Semakin Kuat
Sepanjang karier mudanya, Andreeva selalu menunjukkan pola yang konsisten:
- menemukan kelemahan,
- memperbaiki secara sistematis,
- kembali dengan versi yang lebih kuat.
Tidak ada tanda-tanda bahwa pola tersebut akan berubah menjelang musim ketiganya di tur. Melihat usia, perkembangan fisik, dan kematangan taktisnya, versi Andreeva di 2026 yang lebih lengkap bukanlah prediksi berlebihan — itu perkembangan alamiah.
6. Dan Ya — Ia Sering Mendapat Momentum yang Tepat
Tidak ada juara Grand Slam tanpa sedikit keberuntungan.
Sejak awal kariernya, Andreeva beberapa kali diuntungkan oleh:
- menghadapi pemain top pada fase ketika mereka sedang tidak stabil,
- undian yang relatif bersahabat pada beberapa Grand Slam,
- final besar pertamanya melawan lawan yang kurang berpengalaman (Clara Tauson).
Ada kesan bahwa Andreeva memiliki “sentuhan keberuntungan” di momen-momen penting.
Roland Garros, yang terkenal dengan dinamika emosional dan kondisi yang berubah-ubah, sering dimenangkan oleh pemain yang mampu menyelaraskan momentum, kesiapan, dan performa. Andreeva berulang kali menunjukkan bahwa ia dapat melakukan hal itu.
Logika di Balik Prediksi Ini
Jika digabungkan, semuanya membentuk gambaran yang jelas:
- Permainannya kini jauh lebih agresif dan lengkap.
- Clay adalah permukaan ideal untuk kekuatannya.
- Ia sudah mengalahkan pemain-pemain terbaik dunia.
- Ia berkembang melalui tekanan dan kegagalan.
- Ia meningkat dari musim ke musim.
- Ia sering mendapatkan momen keberuntungan pada turnamen besar.
Seluruh elemen ini adalah profil khas seorang juara Grand Slam.
Roland Garros 2026 sangat mungkin menjadi turnamen di mana Mirra Andreeva bertransformasi dari rising star menjadi juara Grand Slam.
Jika proyeksi jangka panjangnya berlanjut, urutannya bisa saja menjadi:
- Australian Open 2028
- Wimbledon 2029
Untuk US Open — ceritanya masih terbuka.


